Salat
berjemaah bukanlah hal yang asing bagi umat Islam dimana pun berada. Tak banyak
yang menyadari bahwa melaksanan salat berjemaah memiliki dampak psikis bagi
pribadi Muslim, terkhusus bagi penghafal Alquran.
Tidak
dikatakan seorang "penuntut ilmu sejati" jika ia belum hafal Alquran.
Berlandaskan dari prinsip tersebut para ulama terdahulu sudah mengajarkan bahwa
Alquran adalah hal pertama yang harus ditanamkan bagi para penuntut ilmu. Sehingga
pentinglah kaitannya mengamalkan salat berjemaah dengan perjalanan para
penghafal Alquran. Bagaimana bisa? Berikut akan sedikit penulis uraikan besarnya
kaitan antara dua hal tersebut.
Jiwa
seseorang yang menghadap Tuhannya sebelum salat dan sesudahnya tentu berbeda. Urusan-urusan yang bersifat keduniawian secara alami telah
menggangu kondisi kepribadian seseorang, telebih orang yang sudah dewasa.
Berkata al-Ahnaf: “Orang dewasa lebih mampu menggunakan akalnya dibandingkan
anak kecil, namun hatinya lebih sibuk dibandingkan anak kecil.
![]() |
Salat
berjemaah seharusnya menjadi makanan pokok dan wirid bagi penghafal Alquran.
Karena disanalah kesempatan emas untuk mengaplikasikan hafalannya. Menjadi
seorang imam bagi orang awam. Bersyiar melalui ayat-ayat Tuhan dengan
mendengungkannya bagi seluruh semesta.
Salat
berjemaah juga sebagai usaha kita untuk meminta pertolongan kepada Allah ta’ala.
Meminta pertolongan agar dimudahkan menghafalnya, mengulang-ngulangnya,
mengaplikasikannya, agar dapat menjadi rahmat bagi semesta Alam. Alquran yang
bersarang dihati para penghafalnya tentu akan membawa ketenangan bagi dirinya,
dan juga bagi lingkungannya. Hal itu dapat terlihat dari akhlak, adab dan sopan
santunnya ketika berinteraksi dengan lingkugannya.
Di
dalam berjemaah kita akan menjadi saling
mengenal satu sama lain. Kesempatan bagi para jemaah untuk saling mencari tahu
satu sama lain, serta untuk mengetahui tentang situasi dan kondisi mereka. Kita
semakin dekat dengan mereka, sehingga terjadilah kunjungan kepada orang sakit,
membantu orang yang membutuhkan, berbelas kasih kepada orang yang tertimpa
musibah dan sebagainya. Salat berjemaah juga menjadi ajang sebagai pemersatu Umat.
Karena tidak ada yg membedakan kita satu sama lain. Antara si kaya dan si
miskin, yang muda belia dengan yang tua, tokoh masyarakat ataupun rakyat
jelata, yang berilmu dengan yang awam.
Dengan
banyaknya fadhilah (Keutamaan) para penghafal atau penjaga Alquran,
mereka mendapat reminder setiap harinya melalui salat berjemaah bahwa ia
dengan orang lain tak ada bedanya. Sama-sama makhluk Allah yang lemah, yang fakir,
jahil, berlumuran dosa, dan tidak berdaya sama sekali dihadapan pencipta-Nya.
Dengan begitu, karunia Allah berupa menghafal Alquran tidaklah menjadi
kesombongan yang pantas untuk ditunjukkan dihadapan orang lain.
Dengan
salat berjemaah kita menyadari akan kebutuhan sosial kita sebagai manusia.
Penghafal Alquran pun di dalam kesehariannya akan mengalami fase-fase futur,
malas, tidak bersemangat dsb. Hal itu akan mendorongnya untuk mencari komunitas
penghafal Alquran agar memicu kelesuan yang dialami. Saling berpacu dalam
melantunkan ayat-ayat Tuhan, dan saling menasihati dalam kebaikan.
Anda
akan mendapati banyak keutamaan-keutamaan dalam salat berjemaah dan menghafal
Alquran dari berbagai sumber, baik itu Alqan, Hadis Nabi Sallallahu ‘alayhi
wa sallama, perkataan para ulama dan lain sebagainya. Namun apalah arti
jika dengan seribu motivasi kita tetap saja tidak berniat untuk memulai perkara
baik ini sejak saat ini.
Sebuah
pohon akan tumbuh sedari benih, kemudian menjadi tunas, lalu menjadi
ranting-ranting mungil, selanjutnya menjadi dahan dan ranting yang kuat.
Mengarahkan ranting-ranting tadi disaat ia sudah kokoh adalah tindakan yang
kurang bijak. Disaat si pohon berusia mudalah ia seharusnya diarahkan. Bagi
anda para pemuda yang bersemangat ataupun tidak, saat ini adalah momentum yang
baik untuk belajar beristiqmah. Tidak ada alasan untuk menunda-nunda hingga
dahan dan ranting umur kita yang akan terus menua dari hari ke hari, bahkan
dari detik ke detik.
Hukum
kausal (sebab dan akibat) paling tidak bisa mengajarkan kita, bahwa apa yang
kita usahakan dimasa muda, akan terus menjadi kebiasaan hingga waktu senja.
Bagaimana prosesnya berlangsung, akan mendatangkan hasil yang tidak jauh dari
proses itu juga.
Semoga
bermanfaat, mohon maaf atas kekurangan.
*
Disarikan dari Majelis Fajar MAQURAA Mesir (dengan sedikit revisi dan
penambahan pada ungkapan-ungkapan tertentu)
Foto Ilustrasi: Google
Foto Ilustrasi: Google
Post a Comment