Maquraamesir.com-Bersama Persatuan Alumni Al Azhar Internasional, PPMI Mesir
menyelenggarakan seminar ilmiah bertajuk Zaahera Road to the Future. Seminar
yang merupakan motivasi dan pemantapan tujuan bagi mahasiswa baru Indonesia
tahun 2018 ini dilaksanakan pada Senin-Selasa, 8-9 Januari 2018 di Aula Fakultas Farmasi Al Azhar Putri Nasr
City Kairo, menghadirkan para pembicara berpengalaman di berbagai bidang,
seperti: kepenulisan, bahasa Arab, bahasa Inggris, akademik, maupun tahfidz Al
Qur’an.
Di hadapan ratusan mahasiswa baru, Direktur MAQURAA Mesir Ust. Arief Wardhani, Lc., M.Hum. sebagai pembicara terakhir pada hari kedua ini membuka sesi dengan pertanyaan, “Mau menjadi penghapal Al Qur’an, apa konsekuensinya?” “Murajaah”, kompak gemuruh seluruh hadirin menjawab. “Kapan?” tanya Ust. Arief lebih lanjut. “Seumur hidup”, jawab mahasiswa baru.
Di hadapan ratusan mahasiswa baru, Direktur MAQURAA Mesir Ust. Arief Wardhani, Lc., M.Hum. sebagai pembicara terakhir pada hari kedua ini membuka sesi dengan pertanyaan, “Mau menjadi penghapal Al Qur’an, apa konsekuensinya?” “Murajaah”, kompak gemuruh seluruh hadirin menjawab. “Kapan?” tanya Ust. Arief lebih lanjut. “Seumur hidup”, jawab mahasiswa baru.
Selama satu jam kurang lebih, Ust. Arief
menyampaikan pengalamannya dalam mengapal Al Qur’an dan belajar qiraat. Pada
umumnya, penghapal Al Qur’an akan menjalani tiga tahapan dalam proses
menghapal.
Pertama, tahap persiapan, meliputi: meluruskan
niat lillahi ta’ala, memperkuat dengan peningkatan kualitas dan kuantitas
ibadah, membersihkan hati dari segala yang membebani, mempelajari adab membaca
dan pelajar Al Qur’an, mengetahui fadhilah membaca dan menghafal alquran,
belajar dari biografi (sirah) para penghapal Al Qur’an, memperbaiki
bacaan terlebih dahulu, dan menjaga stamina dan kesehatan.
Kedua, tahap
menghapal, diantaranya: menggunakan satu mushaf tidak berganti-ganti,
menyetorkan hapalan kepada guru yang mutqin, dibaca dan dihapal sebanyak
mungkin, memilih waktu yang tepat untuk menambah hapalan, melancarkan bacaan ke
teman terlebih dahulu sebelum ke guru, dan ditunjang dengan terjemah serta
tafsir Al Qur’an.
Ketiga,
tahap menjaga hapalan, ini merupakan tahap terberat dan terlama. Diantaranya:
mempraktikkan bacaan dalam salat, memiliki partner dan lingkungan kondusif
untuk mengulang, memperhatikan ayat-ayat yang mirip (mutasyabihat),
menyusun dan konsekuen dengan jadwal hapalan baru dan hapalan lampau, menulis kembali hapalan, menjadi guru tahfidz
bagi yang lain, dan yang terpenting juga mengamalkan isi kandungan Al Qur’an.
Lebih lanjut
Ust. Arief menegaskan bahwa banyak teori atau cara menghapal ditemukan dan sudah
disampaikan banyak orang, namun intinya berpulang kembali kepada masing-masing
untuk siap terhadap konsekuen menghapal Al Qur’an, yaitu :” Hifdzul Qur’an
muraja’atuhu. Menghapal Al Quran itu murajaahnya.” tutup Ust. Arief.
Post a Comment