Ujian merupakan penentu kenaikan ke tingkat berikutnya. Itulah mengapa Desember dan Januari setiap tahunnya seluruh mahasiswa Al-Azhar disibukkan dengan ujian. Selain bahasa yang menjadi salah satu tantangan, sebagian mahasiswa juga merasa dihantui oleh banyaknya materi yang akan diujikan. Wajar saja hari hari mereka dihabiskan untuk membaca, memahami dan menghafal diktat kuliah.
Dibalik kesibukan mempersiapkan ujian, Santri MAQURAA memiliki rutinitas yang tidak bisa ditinggalkan. Mereka
diajarkan untuk konsisten mengulang hafalan Alquran. Tentunya tidak seefektif di
hari-hari selain ujian, seperti yang dirasakan oleh Dery Ferdian salah satu hafidz
MAQURAA. “Setiap hari harus mencari waktu untuk mengulang hafalan lima juz
selama ujian berlangsung sekalipun tidak seefektif di luar waktu ujian",
tegas mahasiswa yang sedang duduk di tingkat II Syariah.
MAQURAA
sangat mempedulikan kesuksesan akademis para santrinya. Oleh karena itu, dua bulan sebelum ujian, diadakan bimbingan
belajar yang diampu oleh santri senior yang sedang duduk di program pasca
sarjana Al-Azhar. Bimbingan ini bertujuan membantu mahasiswa baru untuk mempermudah
dalam memahami pelajaran yang akan diujikan. Hal ini diamini oleh Muhamad
Syadidul Isytihar, salah satu santri MAQURAA mahasiswa tingkat satu Fakultas
Ushuluddin. Ia merasa sangat terbantu dengan adanya program bimbingan belajar.
"Saya sangat terbantu dengan adanya bimbel di MAQURAA, sehingga bisa meringankan
saya dalam memahami diktat-diktat kuliah," tuturnya ketika diwawancarai
oleh kru maquraamesir.com.
Ketika waktu ujian, MAQURAA menonaktifkan
tasmi’ hafalan untuk santri-santrinya yang sedang ujian, namun tidak
serta merta meninggalkan hafalannya. Selalu bersama Alquran dengan membaca dan
mengulangnya merupakan kebutuhan rohani yang sama pentingnya dengan makan yang
merupakan kebutuhan jasmani.
Hafalan bukan menjadi beban bagi santri-santri
MAQURAA, bahkan sampai mengganggu selama masa ujian. Justru Syadid (santri
MAQURAA -red) menyatakan bahwa dengan mengulang hafalan di waktu ujian
bisa memudahkan belajar, memberi dorongan tersembunyi di dalam hati. Tidaklah sama
antara orang yang senantiasa menjaga hafalannya dengan yang enggan menjaganya.
Bisa
ditarik kesimpulan, tidak selamanya ujian hanya tentang kepintaran. Adanya
kedekatan hubungan antara hamba dengan Sang Pencipta menjadi faktor terbesar
dalam meraih kesuksesan ujian. "Jangan cari lingkungan yang bisa membuat
anda nyaman dalam belajar, tapi carilah lingkungan yang bisa mendekatkan kepada
Allah Swt. Karena lingkungan yang bisa mendekatkan kepada Allah Swt., pasti
bisa membuat nyaman dalam belajar. Tapi lingkungan yang bisa membuat nyaman
belajar belum tentu bisa membuat dekat kepada Allah Swt.," tutur panjang
lebar Dery Ferdian menyikapi antara ujian Al-Azhar dan menjaga hafalan Alquran.
Post a Comment