MAQURAA kembali lahirkan penghafal al-Qur’an baru. Tidak
tanggung-tanggung, santri yang telah
menyelesaikan hafalanya berjumlah empat orang sekaligus. Mereka adalah M.
Ittihafussadatil Muttaqin (hafiz ke-62), Ahsanur Rifqi, S.Pd.I., Dipl. (hafizh
ke-63), Muadzah Nurul Azizah (hafizah ke-64), dan Mirna Risafani Selian
(hafizah ke-65).
Sebagai bentuk rasa syukur, MAQURAA menggelar Tasyakuran
dan Khataman 30 Juz Al-Qur’an Qira’at Ashim Riwayat Hafs oleh keempat hafiz dan
hafizah tersebut. Acara tersebut diselenggarakan di Rumah MAQURAA VI,
Abbas El Akkad, Jum’at(31/8).
Dalam acara tersebut keempat hafiz dan hafizah berbagi pengalaman menghafal
Al-Qur’an sampai akhirnya dapat selesai. Mereka menyampaikan kesan dan pesan
kepada santri MAQURAA lainnya agar lebih semangat dalam menghafal Al-Qur’an.
Menurut M. Ittihafussadatil Muttaqin kunci menyelesaikan hafalan Al-Qur’an
ialah istiqomah. “Semua memang butuh proses. Empat tahun saya menghafal
Al-Qur’an. Walaupun setiap setor hanya satu halaman, saya mencoba istiqomah dan
akhirnya selesai juga,” ujar laki-laki yang akrab disapa Muhis tersebut.
Kakak kandung Muhis, Zam-zam, berterimakasih kepada MAQURAA yang telah
membantu mewujudkan impian orang tuanya. “Akhirnya wasiat bapak kami agar Adik
Muhis ini bisa selesai hafalan Al-Qur’annya telah terwujud, dan saya
mengucapkan banyak terimakasih kepada MAQURAA dan ustaz Arief Wardhani,”
ujarnya penuh haru ketika memberi sambutan atas pencapaian adiknya.
Sementara Ahsanur Rifqi dalam kesempatannya ia mengingatkan bahwa khatam
bukanlah akhir dari sebuah hafalan, melainkan awal dari perjuangan muraja’ah
kedepannya. “Justru ini adalah awal perjuangan panjang saya untuk selalu
muraja’ah kedepannya,” terangnya.
Untuk melawan godaan, tambah Ahsan, kita harus memiliki pendirian kuat. “Prinsip
saya, bahwa sesuatu yang sudah kita mulai, harus kita selesaikan,” tandas
mahasiswa pascasarjana Universitas Liga Arab tersebut.
Dari santriwati, Muadzah juga menekankan pentingnya istiqomah dan
berkomitmen dengan Al-Qur’an. “Pokoknya kita harus selalu membaca dan memutar
hafalan kita, kapan dan dimanapun. Ujian Al-Azhar bukan penghalang kita untuk
tetap dekat dengan Al-Qur’an, bahkan itu yang akan banyak memudahkan,” tutur
santriwati peraih nilai Mumtaz tersebut.
Mirna Risafani, santriwati lainnya, mengungkapkan motivasi terkuat selama
proses menghafal Al-Qur’an. “Sendiri itu tidak enak. Suatu saat kita pasti
butuh pendamping. Dan sebaik-baik pendamping di dunia dan akhirat ialah
Al-Qur’an,” tuturnya diiringi tepuk tangan meriah hadirin.
Acara ini dihadiri oleh Direktur MAQURAA, para pengajar, santriwan-santriwati,
dan tamu undangan. Turut hadir pula beberapa mahasiswa Amerika, Nigeria, dan
Mesir yang merupakan kawan salah satu santri yang menghatamkan hafalannya, M.
Ittihafussadatil.
Terakhir, Direktur MAQURAA ustaz H. Arief Wardhani, Lc., M.Hum. memberi
nasihat kepada para santri, baik yang telah selesai hafalannya maupun yang
belum bahwa menghatamkan hafalan Al-Qur’an barulah langkah awal. “Prosesnya
berlaku seumur hidup, sebab menjadi penghafal Al-Qur’an ialah perjanjian
keramat kita kepada Allah seumur hidup,” tandasnya.
(HidanulA/Red.)
Post a Comment